Sukhoi SU-MK2
Jakarta – Terkuncinya misil pesawat tempur Sukhoi yang sedang berlatih di atas wilayah kedaulatan RI, tidak dilakukan oleh pesawat musuh dari luar.
Kemungkinan besar ada kesalahan setting dalam radar kedua pesawat tersebut sehingga terjadi kesalahan dalam mengidentifikasi pesawat. Pendapat tersebut dikatakan Penasihat Panglima TNI bidang Teknologi Jono Reksoprojo, ketika dihubungi SH, Sabtu (21/2).
“Sistem horizon membuat radar tidak bisa melingkar. Horizon bisa menangkap hanya dalam jarak yang cukup dekat. Jadi sumbernya di dekat kita sendiri. Bisa saja setelan radar di pesawat itu yang tidak benar sehingga pesawat teman dianggap pesawat lawan, apalagi mereka terbang bersamaan,” katanya.
Dia menjelaskan, kesalahan setting radar itu kemungkinan besar terjadi karena adanya kesalahan penerjemahan atas panduan manual yang berbahasa Rusia ke dalam bahasa Inggris maupun Indonesia.
Dengan demikian, insiden tersebut merupakan human error (kesalahan manusia).
Dari sisi kelayakan pesawat sendiri, kecil kemungkinan ada kerusakan. Sebelum pesawat itu dikirim sudah dilakukan pengujian berkali-kali.
“Ini yang mesti diinvestigasi, jangan-jangan dari pesawat teman sendiri. Mungkin ada kesalahan penerjemahan atas airbone mission system, jadi bukan pesawatnya,” paparnya.
Marsekal Muda (Purn) Kusnadi Kardi, Ketua Air Power Club Indonesia (APCI) mengatakan, terkuncinya misil tersebut menunjukkan adanya sesuatu. Dari pengalaman beberapa waktu lalu, penguncian dapat dilakukan melalui kapal selam maupun satelit. Sukhoi sendiri dibuat oleh Rusia untuk keperluan sendiri, sedangkan yang dibuat di Irkuts khusus untuk negara di luar Rusia. Pesawat itu hanya untuk operasional, bukan untuk latihan.
Seorang penerbang yang tidak bersedia disebutkan namanya yang dihubungi SH, Sabtu (21/2) pagi, mengemukakan, kawasan latihan pesawat Sukhoi itu relatif berdekatan dengan jalur udara yang akan dilalui Menlu AS Hillary Clinton. Jadi untuk pengamanan, bisa saja pesawat-pesawat lain diperingatkan.
Sudah lumrah bila komunikasi pesawat-pesawat komersial terputus sejenak bila pesawat VVIP melintas. Terputusnya komunikasi itu tak membahayakan penerbangan, tegasnya. Menyinggung jalur penerbangan Jakarta-Seoul, dia menambahkan, dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, pesawat akan melintasi Laut Jawa, Banjarmasin, Palangkara Raya, Kota Kinabalu, pesisir Taiwan, lalu terus lurus ke Seoul. Jalur ini sebenarnya sama dengan ke Tokyo, tetapi nanti berpisah di atas Okinawa, sebab kalau ke Tokyo pesawat mengambil jalur agak ke kanan.
Berkaitan dengan jarak, penerbang itu menjelaskan jarak antara Banjarmasin-Makassar sekitar 150-200 nautical miles, atau kira-kira 25 menit waktu penerbangan bila kecepatan pesawat rata-rata 50 nautical miles per menit.
Akan Dicek
Terkait dengan insiden itu, Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) II Marsekal Muda Yushan Sayuti mengatakan
, pihaknya akan mengecek seluruh sistem radar peringatan (Radar Warning System) pesawat Sukhoi SU-30MK2.
”Apa pun kemungkinannya akan kami cek, mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing yang me-lock (mengunci) pesawat tersebut,” katanya menambahkan.
Yushan mengemukakan, kerusakan atau trouble pada sistem radar pesawat mungkin saja terjadi, baik di pesawat tempur buatan Barat maupun Timur. Jadi, meski pesawat tersebut sudah diuji coba dan hasilnya negatif, tetap ada kemungkinan saat latihan sistem tidak berjalan baik sebagaimana mestinya.
Yushan menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandan Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI dan pihak TNI Angkatan Laut.
Dari hasil koordinasi tersebut, tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan izin terbang lintas di wilayah Indonesia.
Sementara itu, TNI AL juga mengabarkan tidak ada izin melintas dari kapal perang pihak lain. ”Meski begitu, kami akan mengecek pula dengan melakukan penyisiran, dan kami sudah mengerahkan pesawat intai Boeing dari Skuadron Udara 5,” ungkapnya.
Komandan Lanud Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama Ida Bagus Putu Dunia, menjelaskan, di masing-masing pesawat yang sedang berlatih itu terdapat instruktur terbang dari Rusia yang sedang melatih dua penerbang tempur TNI AU. Alarm missile lock kedua pesawat berbunyi secara tiba-tiba, tetapi kedua pesawat canggih yang dibeli dari Rusia itu tidak bisa mengenali siapa pihak yang mengunci mereka dengan tembakan misil.
Kedua instruktur itulah yang menyatakan alarm berbunyi karena pesawat di-lock missile.
”Saya menerima laporannya sekitar pukul 09.00 Wita,” kata Putu. Menurutnya, pesawat itu melakukan terbang pada ketinggian 15.000-20.000 kaki, atau sekitar 4.572 meter hingga 6.096 meter di
atas permukaan laut. ”Kami belum mengetahui siapa yang mengunci pesawat kami. Kami telah melakukan pencarian dengan mengirimkan pesawat intai Boeing 737-400 yang telah terbang berkeliling dalam radius sekitar 370 km dari VOR MKS di Makassar, tetapi pencarian itu tidak menemukan apa-apa,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR, Yusron Ihza Mahendra, di Jakarta, Jumat (20/2) petang, menyorot kritis insiden dua pesawat Sukhoi baru tipe SU30 MK2 itu. Menurutnya, apa pun yang terjadi terhadap Sukhoi itu, harus menjadi perhatian serius.
“Awal minggu depan ini, Komisi I DPR ada agenda sidang dengan Panglima TNI dan kami akan menanyakan hal itu secara serius,” tegasnya.
Yusron dengan nada curiga juga mempertanyakan keberadaan kedua Sukhoi itu, apakah memang dalam keadaan bagus ketika didatangkan dari Rusia.
”Yang pasti, waktu saya dan kawan-kawan meninjau di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar sekitar dua minggu yang lalu, pesawat itu dalam keadaan diparkir diam di landasan, dan mesin tentu saja dalam keadaan mati. Kami tentu tidak tahu, apakah pesawat-pesawat itu bermasalah atau tidak,” ungkapnya. (kristanto hartadi/sjarifuddin/ant)
Sumber : Sinar harapan